P. Hasudungan Sirait
Suatu siang di penghujung 1994. Seperti biasa, para anggota Petisi 50 bertemu di Jl. Borobudur Jakarta, kediaman Ali Sadikin. Para tokoh seperti Anwar Haryono, HR Dharsono, SK Trimurti, Sanusi, Radjab Ranggasoli, dan Usep Ranuwiharja hadir di sana. Tuan rumah Ali Sadikin juga, tentunya. Suasana saat itu tak formal, kendati pokok bahasan umumnya serius. Kelonggaran suasana lebih terasa karena di sana ada juga tamu dan mereka boleh nimbrung.
Salah satu hal yang didiskusikan adalah soal pendekatan yang dipakai Petisi 50 selama ini. Seorang anggota melontarkan otokritik. Ia menganggap sudah kurang efektif jika pekerjaan kelompok ini hanya sebatas mengirimkan kritik tertulis ke lembaga-lembaga tertentu, terutama DPR. Di tengah arus demokratisasi seperti sekarang, menurut dia, sebaiknya Petisi 50 memainkan peran yang lebih besar. Cara-cara elitis ditinggalkan saja dan sebaliknya terjun ke bawah menggalang kekuatan dengan kelompok prodemokrasi lainnya untuk mempercepat transformasi politik. Read More…